manajemen

Name

Email *

Message *

Monday, 25 November 2013

Sunday, 24 November 2013

JURNAL

JURNAL ANALISIS DAMPAK SERVICE PERFORMANCE DAN KEPUASAN  SEBAGAI MODERATING VARIABLE TERHADAP  LOYALITAS NASABAH

http://paul02583.files.wordpress.com/2008/05/moderating.pdf


Analisis Kinerja Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan
Pelanggan pada Telkomsel Malang Area


SEGMENTASI GAYA HIDUP PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI
PEMASARAN UNIVERSITAS KRISTEN PETRA 


Pengaruh Kepuasan Konsumen Terhadap Kesetian Merek
(Studi Kasus Restoran The Prime Steak & Ribs Surabaya)



Faktor-Faktor Kepuasan Pelanggan dan Loyalitas Pelanggan: Studi
Kasus pada CV. Sarana Media Advertising Surabaya


Analisis Faktor-Faktor yang Menimbulkan Kecenderungan Minat Beli Konsumen Sarung

http://paul02583.files.wordpress.com/2008/05/man04060104.pdf


Monday, 18 November 2013

LINGKUNGAN PEMASARAN

 Lingkungan Pemasaran adalah lingkungan perusahaan yang terdiri dari pelaku dan kekuatan di luar pemasaran yang mempengaruhi kemampuan manajemen pemasaran untuk membangun dan mempertahankan hubungan yang berhasil dengan pelanggan sasaran. Perusahaan harus terus melakukan pengamatan secara terus menerus dan beradaptasi dengan lingkungan yang bersifat kompleks dan terus berubah-ubah. Dengan mempelajari lingkungan, perusahaan dapat menyesuaikan strategi perusahaan untuk memenuhi tantangan dan peluang pasar yang baru.
Lingkungan pemasaran merupakan komponen kekuatan-kekuatan diluar aspek pemasaran yang dapt mempengaruhi kemampuan manajemen dalam membangun dan memelihara hubungan dengan pelanggan yang terdiri dari lingkungan internal (mikro) dan lingkungan eksternal (makro).

Sebagai salah satu pelaku dalam lingkungan mikro, perusahaan mengelola kegiatan pokok meliputi produksi, keuangan, sumber daya manusia, pemasaran, serta riset dan pengembangan. Kelima kegiatan pokok perusahaan ini merupakan lingkungan internal perusahaan (Kotler dan Armstrong, 2001:88-89; Czinkota dan Kotabe, 2001:57). Sedangkan pemasok, perantara, konsumen dan pesaing berada di luar perusahaan merupakan lingkungan eksternal perusahaan.
Lingkungan pemasaran mikro terdiri dari mikro eksternal dan internal. Ruang lingkup lingkungan pemasaran mikro eksternal adalah pasar sedangkan ruang lingkup lingkungan pemasaran mikro internal adalah pemilik pelaksana  pengelola (pemimpin perusahaan) yang terdiri dari produksi, keuangan, SDM, pemasaran, riset dan pengembangan

A.     Lingkungan Mikro Eksternal
1.   Pemasok
Pemasok adalah perusahaan bisnis dan individu-individu yang menyediakan sumber daya yang diperlukan oleh perusahaan dan para pesaing untuk memproduksi barang dan jasa. Lingkungan mikro eksternal mencakup jumlah pemasok bahan baku, kemampuan pemasok dalam mengendalikan bahan baku, kemampuan pemasok dalam mengendalikan harga bahan baku, hubungan pemasok dengan perusahaan dan tingkat kepentingan bahan baku yang dipasok;
2. Perantara-Perantara Pemasaran
Perantara Perusahaan adalah perusahaan yang membantu perusahaan lain dalam promosi, penjualan dan pendistribusian barang-barangnya ke pembeli akhir. Mereka meliputi perantara (Middle-men), Perusahaan distribusi fisik, agen jasa pemasaran, dan perantara keuangan. Lingkungan mikro eksternal mencakup tingkat saluran distribusi, jumlah perantara untuk setiap saluran distribusi, pemahaman perantara tentang pasar, pemahaman perantara tentang produk, kemampuan perantara dalam mendistribusikan dan menjual produk, serta hubungan perantara dengan perusahaan.
3. Publik/Masyarakat
Publik adalah sekelompok orang yang mempunyai kepentingan aktual/potensial atau mempunyai dampak terhadap kemampuan perusahaan untuk mencapai tujuannya.
4. Pelanggan (konsumen)
Mencakup jumlah konsumen dibandingkan dengan jumlah produsen, kemudahan kondumen berpindah dari produsen satu ke yang lain, tingkat kepentingan barang yang dibeli konsumen, tuntutan konsumen dan daya beli konsumen
5. Pesaing
Suatu perusahaan jarang sekali hanya sendiri dalam menjual ke suatu pasar pelanggan tertentu. Perusahaan bersaing dengan sejumlah pesaing. Pesaing-pesaing ini harus diidentifikasi, dimonitor dan disiasati untuk memperoleh dan mempertahankan loyalitas pelanggan. Pesaing mencakup cakupan bisnis, penguasaan pangsa pasar, arah tujuan yang ingin dicapai, kinerja pesaing dan strategi pemasaran;
B.  Lingkungan Mikro Internal
1)      Produksi atau operasi mencakup kapasitas produksi, fasilitas produksi, teknologi produksi yang digunakan, efisiensi produksi dan kemampuan mengendalikan pasokan bahan baku;
2)      Keuangan mencakup struktur dan nilai aset, akses memperoleh kredit, alokasi dana untuk setiap kegiatan perusahaan, dukungan sumber daya keuangan dalam memenuhi kebutuhan dana setiap kegiatan dan efisiensi penggunaan sumber daya keuangan;
3)      Sumber daya manusia mencakup jumlah pegawai, kualifikasi pegawai, perencanaan sumber daya manusia, penarikan dan pengembangan pegawai, serta sistem kompensasi.
4)         Pemasaran mencakup citra perusahaan atau produk, pemahaman tentang pasar, jaringan distribusi, pengembangan produk, efektivitas promosi,penetapan harga, serta hubungan dengan konsumen, pemasok dan perantara
5)      Riset dan pengembangan mencakup kualitas riset, relevanasi riset dengan kebutuhan pengembangan, ketersediaan sumber daya riset, komitmen manajemen terhadap riset dan pemanfaatan hasilnya, kerjasama dengan pihak lain, serta waktu pelaksanaan riset.
Lingkungan makro (eksternal) terdiri dari kekuatan-kekuatan sosial yang lebih besar yang mempengaruhi seluruh pelaku dilingkungan mikro perusahaan, yang terdiri dari demografi, ekonomi, alam, teknologi, politik dan budaya.,ruang lingkup pemasaran makro ini adalah masyarakat luas
Lingkungan makro terdiri dari enam lingkungan yang harus dilihat, yaitu: lingkungan demografi, lingkungan ekonomi, lingkungan alam, lingkungan teknologi, lingkungan politik, dan lingkungan budaya.

Lingkungan Demografi
Pertumbuhan penduduk. Angka pertumbuhan penduduk akan mempengaruhi tingkat peluang pemasaran bagi suatu produk ataupun jasa. Pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi akan semakin membuka peluang lebih luas, karena bagaimanapun akan terkait dengan seberapa besar suatu produk atau jasa akan bisa diserap oleh pasar.
Perbandingan prosentase umur. Kategorisasi umur dalam pemasaran biasanya dimulai dari balita, anak-anak, remaja, dewasa, dan orang tua. Prosentase pada setiap umur akan menentukan juga peluang bisnis b di dalamnya. Untuk produk atau jasa yang ditujukan pada pasar anak-anak misalnya, dari jumlah populasi penduduk secara keseluruhan, perlu dilihat berapa persen jumlah anak-anak dari keseluruhan penduduk.
Pasar etnik. Pasar etnik juga merupakan salah satu potensi pasar yang perlu dipertimbangkan. Etnis tertentu biasanya mempunyai kecenderungan, preferensi, dan kebutuhan bersama yang unik dan tidak dimiliki oleh etnis lain.
Tingkat lulusan akademik. Tingkat lulusan akademik akan berpengaruh terhadap pola belanja dan gaya hidup seseorang. Cara memasarkan untuk kalangan berpendidikan tinggi akan berbeda dengan cara pemasaran untuk pendidikan yang lebih rendah.
Pola kehidupan rumah tangga. Rumah tangga di Indonesia sebagian masih menerakan pola keluarga besar dengan orang tua dan anak-anak masih berkumpul dalam satu keluarga hingga tua. Namun demikian, di kota-kota besar keluarga-keluarga muda sudah mulai mandiri dan memiliki rumah serta memisahkan diri dari orang tua mereka.

Lingkungan Ekonomi
Distribusi pendapatan, tingkat pendapatan suatu daerah akan menentukan produk dan jasa dengan kualifikasi seperti apa yang cocok dengan daerah tersebut, dan dengan karakter daerah di Indonesia yang sangat beragam, beragam pula potensi antara satu daerah dengan daerah yang lain.
Tingkat tabungan, hutang, dan pinjaman. Tingkat tabungan, hutang dan pinjaman akan menentukan seberapa besar potensi pengeluaran yang akan dilakukan oleh seseorang.

Lingkungan Alam
Menipisnya sumber daya alam. Sumber daya alam adalah sesuatu yang terus dieksploitasi yang lama kelamaan akan habis. Salah satu kunci utama adalah melihat bagaimana sumber daya alam masih bisa dimanfaatkan dan hingga berapa lama.
Meningkatnya biaya. Sekarang ini terdapat kecenderungan bahwa biaya-biaya semakin meningkat terutama untuk listrik dan energi. Peningkatan biaya-biaya ini akan berdampak pada peningkatan biaya produksi yang setiap tahun akan semakin signifikan.
Meningkatnya polusi. Meningkatnya polusi menimbulkan masalah dalam hal kesehatan dan juga kerusakan lingkungan. Di masa depan akan lebih banyak aturan yang mengatur untuk meminimalisir polusi yang tentu saja pada beberapa sektor akan menjadi tambahan biaya yang cukup besar.

Lingkungan Teknologi
Perkembangan teknologi yang sangat cepat. Sekarang ini perkembangan dalam hal teknologi semakin cepat dirasakan. Dengan datangnya internet, perubahan dinamika berlangsung dalam waktu yang semakin cepat dan skala yang semakin meluas. Globalisasi mengubah berbagai aturan main dalam berbisnis. Persaingan juga tidak lagi dalam skala lokal dan nasional, tetapi sudah mengarah pada persaingan global.
Inovasi teknologi yang terus berkembang. Perkembangan teknologi juga dibarengi dengan berbagai inovasi dalam banyak produk dan jasa. Contohnya adalah perkembangan mesin tik yang sekarang ini perlahan tapi pasti sudah mulai digantikan dengan komputer, dan berbagai contoh lain yang berada di sekitar kita.
Aturan-aturan dalam teknologi. Teknologi mempunyai keunikan sendiri dengan dinamika dan perkembangan yang sangat cepat. Melihat aturan pemerintah dalam pengaturan penggunaan teknologi mutlak diperlukan untuk mempermudah berbagai proses dalam masyarakat.

Lingkungan Politik
Aturan-aturan dalam sektor industri. Dalam menjalankan bisnis, aturan merupakan satu landasan mutlak. Karena itu, pemetaan peluang bisnis juga perlu melihat berbagai aturan yang mengatur industri tersebut sehingga tidak terjadi bentrokan ataupun masalah di kemudian hari.
Tumbuhnya organisasi-organisasi LSM dan buruh. Organisasi-organisasi LSM dan buruh di satu sisi memberikan pengaruh positif kepada pekerja untuk menyuarakan berbagai aspirasi mereka. Tetapi organisasi pekerja yang terlalu kuat akan menyulitkan perusahaan dalam beberapa proses pengambilan keputusan, karena harus melakukan banyak kompromi dengan mereka.

Lingkungan Budaya
Perbedaan budaya pada masing-masing negara. Perbedaan budaya menjadikan gaya hidup masing-masing negara dan daerah berbeda juga. Pemahaman budaya pada setiap daerah akan memudahkan pemasar menyesuaikan produk ataupun jasanya sesuai dengan kebutuhan daerah tersebut.
Kepercayaan, tradisi, dan agama. Pada kelompok orang dengan kepercayaan, tradisi, dan agama yang berbeda mempunyai pola konsumsi dan gaya hidup yang berbeda dengan yang berlainan kepercayaan. Dan pada hal-hal tertentu, agama mempunyai peran yang signifikan karena mengatur mana yang boleh dan mana yang tidak dalam hal mengkonsumsi produk ataupun jasa.
http://www.academia.edu/3705331/Rangkuman_Manajemen_Pemasaran_Philip_Kotler

Konsep Pemasaran, Tanggung Jawab Sosial dan Etika Pemasaran.

Ketika perusahaan fokus untuk memenuhi kebutuhan pelanggan ada efek samping negatif untuk masyarakat. Hal inilah yang dimaksud dengan dilema mikro-makro. Apa yang baik untuk perusahaan maupun pelanggan, belum tentu baik untuk masyarakat luas. Oleh karena itu manajer pemasaran harus memperhatikan tanggung jawab sosial, yaitu kewajiban perusahaan untuk memberikan manfaat dan mengurangi efek negatif pada masyarakat.
Sementara itu, tidak semua kebutuhan konsumen harus dipenuhi. Tidak sedikit produk yang diinginkan konsumen namun tidak baik untuk mereka sendiri pada jangka panjang. Disinilah diperlukan Etika pemasaran yaitu standar moral yang mempengaruhi kegiatan dan keputusan perusahaan.
Pada akhirnya, kita juga harus menyadari bahwa pemasaran mempunyai banyak kelemahan. Aktivitas pemasaran sangat terbuka terhadap kritik masyarakat karena merupakan bagian bisnis yang sangat terlihat oleh publik.
Beberapa saran tentang konsep pemasaran sangat perlu diperhatikan. Karena pada kenyataannya banyak orang yang kurang senang dengan beberapa bagian dari sistem pemasaran.
http://www.academia.edu/3705331/Rangkuman_Manajemen_Pemasaran_Philip_Kotler

FUNGSI PEMASARAN DALAM SISTEM EKONOMI

Semua negara harus memenuhi kebutuhan dari penduduknya. Oleh karena itu, setiap negara memerlukan Sistem Ekonomi, yaitu cara organisasi ekonomi menggunakan sumber daya yang terbatas untuk memproduksi barang dan jasa dan mendistribusikannya kepada masyarakat untuk dikonsumsi.
Cara kerja sistem ekonomi tergantung dari tujuan masyarakat dan situasi politik yang ada. Namun pada intinya, semua sistem ekonomi harus mengembangkan suatu metode untuk memutuskan berapa banyak produk yang hatus di produksi dan didistribusikan.
Pada dasarnya, ada 2 jenis sistem ekonomi: Sistem ekonomi terencana dan sistem ekonomi berorientasi pasar. Pada kenyataannya tidak ada ekonomi yang terencana atau berorientasi pasar. Kebanyakan adalah campuran antara keduanya. Atau condong terhadap salah satunya.
Dalam sistem ekonomi terencana, pemerintah merencanakan untuk memproduksi dan mendistribusikan apa saja serta berapa banyak. Produsen mempunyai sedikit pilihan tentang produk apa yang akan diproduksi. Fungsi utama produsen hanya mencapai kuota yang telah disepakati sebelumnya. Harga ditentukan oleh pemerintah tidak berdasarkan penawaran dan permintaan sementara konsumen mempunyai kebebasan untuk memilih.
Dalam sistem ekonomi berorientasi pasar, keputusan individu dari beberapa produsen dan konsumen menjadi keputusan bersama untuk semua masyarakat. Konsumen memutuskan apa yang harus diproduksi oleh produsen ketika mereka membeli suatu produk di pasar, produk yang memenuhi kebutuhan konsumen inilah yang seharusnya diproduksi oleh produsen jika ingin bertahan hidup.
Dalam sistem ekonomi berorientasi pasar, harga sumberdaya yang digunakan dalam proses produksi maupun harga barang dan jasa yang akan dikonsumsi oleh konsumen berbeda tergantung dari alokasi sumber daya dan distribusi pendapatan dari konsumen.
Konsumen dalam sistem ekonomi berorientasi pasar, mempunyai kebebasan yang luas dalam memilih. Begitu juga dengan produsen, mereka bebas memilih apa pun yang mereka mau. Jika produsen melaksanakan tugasnya dengan baik, mereka akan memperoleh keuntungan dan bertahan dalam bisnis. Namun tidak ada jaminan untuk keuntungan, kelangsungan hidup dan pertumbuhan ekonomi.
Produsen dan konsumen yang mempunyai banyak pilihan dapat mengakibatkan konflik dan kesulitan. Inilah yang disebut dilema mikro-makro. Apa yang bagus untuk beberapa produsen dan konsumen belum tentu bagus untuk masyarakat.
Dalam sistem ekonomi berorientasi pasar, pemerintah mengendalikan tingkat bunga dan peredaran uang. Pemerintah juga membuat peraturan tentang ekspor dan impor, memastikan tidak adanya pasar monopoli yang curang, dan produsen memproduksi jenis dan kualitas barang dan jasa sesuai dengan yang mereka tawarkan.

PEMASARAN DALAM ARTI LUAS

Pemasaran dalam arti luas merupakan suatu proses sosial mengarahkan aliran barang dan jasa dari produsen ke konsumen dalam memenuhi kebutuhan permintaan dan penawaran yang efektif dan mencapai tujuan dari masyarakat.
Seperti arti pemasaran dalam arti sempit, pemasaran dalam arti luas menitik beratkan pada aliran barang dan jasa dari produsen ke konsumen dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen. Namun pemasaran dalam arti luas juga membahas bagaimana seluruh sistem pemasaran bekerja, termasuk bagaimana pemasaran mempengaruhi masyarakat dan sebaliknya.
Setiap masyarakat membutuhkan pemasaran dalam arti luas untuk memenuhi penawaran dan permintaan yang ada. Dalam masyarakat dengan perbedaan tingkat penawaran dan permintaan yang mencolok, pemasaran ini akan memenuhi kebutuhan penawaran dan permintaan tersebut secara efektif dan dalam waktu yang bersamaan memenuhi tujuan masyarakat.
Efektivitas dan keberhasilan dari sistem pemasaran dalam arti luas harus dievaluasi dalam hubungannya dengan tujuan masyarakat tersebut.
Pemasaran yang efektif berarti mendistribusikan barang dan jasa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh konsumen. Ini berarti menyediakan produk untuk konsumen pada waktu yang tepat di tempat yang tepat dengan harga yang mereka inginkan. Atau dapat diartikan membuat konsumen puas setelah membeli dan membuat mereka membeli kembali dimasa yang akan datang.
Fungsi universal dari pemasaran adalah: pembelian, penjualan, pengangkutan, penyimpanan, pembuatan standar dan pengelompokkan, keuangan, pengambilan risiko dan informasi pasar. Bagaimana dan oleh siapa fungsi ini dilakukan dapat berbeda di setiap negara dan sistem ekonomi.
Fungsi pembelian berarti mencari dan mengevaluasi barang dan jasa. Fungsi penjualan berarti mempromosikan produk. Termasuk penjualan itu sendiri, periklanan dan metode-metode lain. Fungsi pengangkutan berarti perpindahan barang dari satu tempat ke tempat yang lain. Fungsi penyimpanan berarti menyimpan barang sampai konsumen membutuhkannya.
Standarisasi dan pengelompokkan berarti mengelompokan produk berdasarkan ukuran dan kualitas. Fungsi keuangan menyediakan uang kas atau pinjaman yang dibutuhkan untuk sarana pengangkutan, toko, promosi, penjualan dan pembelian produk.

PENTINGNYA PEMASARAN

Salah satu alasan penting belajar pemasaran adalah karena pemasaran mempengaruhi hampir semua aspek kehidupan kita sehari-hari. Beberapa kursus mungkin sangat menarik untuk anda ketika anda memutuskan untuk mengikutinya namun kemudian tidak relevan lagi dalam dunia nyata. Namun tidak demikian halnya dengan pemasaran, Anda akan menggunakannya di sepanjang hidup anda.
Alasan lain belajar marketing adalah bahwa kita sebagai pelanggan membayar aktivitas pemasaran yang telah dilakukan oleh perusahaan. Pada ekonomi nyata biaya aktivitas pemasaran bisa mencapai 50% dari harga yang kita bayar untuk suatu produk. Bahkan bisa jadi lebih besar dari itu.
Selain itu, kenapa kita perlu belajar pemasaran adalah kenyataan bahwa banyak sekali jenjang karir yang menarik dan menjanjikan di bidang pemasaran. Pemasaran sering menjadi jalan menuju puncak karir seseorang.
Bahkan jika anda tidak mempunyai rencana berkarir di dunia bisnis, konsep dan tehnik pemasaran juga dapat digunakan untuk organisasi nirlaba. Prinsip dasar yang digunakan untuk menjual sabun dapat digunakan juga dalam "menjual" ide-ide, politikus, transportasi umum, jasa kesehatan, museum bahkan tempat perkuliahan.
Satu alasan mendasar kenapa belajar pemasaran karena pemasaran mempunyai peran yang sangat besar dalam pertumbuhan dan perkembangan ekonomi. Pemasaran merangsang penelitian dan ide-ide baru yang akan menghasilkan barang dan jasa baru yang inovatif. Pemasaran juga memberikan pelanggan banyak pilihan dalam memenuhi kebutuhan mereka, dan apabila pelanggan puas dengan produk yang digunakannya, maka produsen produk tersebut akan membuka lowongan pekerjaan baru bagi masyarakat.

Manfaat dengan adanya “Training Service Exellent untuk karyawan” bagi karyawan dan bagi pemilik perusahaan retail

Idealnya, ekonomi kapitalis semakin hari semakin efisien. Meskipun begitu keuntungan dari efisiensi tersebut tidak selalu sama dalam pendistribusiannya. Terkadang hal tersebut didapatkan oleh pemilik bisnis dalam bentuk harga yang tinggi, terkadang didapatkan oleh konsumen dalam wujud harga yang lebih rendah, dan lain waktu giliran para tenaga kerja dalam bentuk kenaikan gaji.

Namun, Anda tidak perlu menjadi ekonom untuk tahu bahwa dalam beberapa generasi terakhir para pekerja tidak terlalu sering memperoleh keuntungan tersebut. Laba perusahaan secara stabil mengalami peningkatan, konsumen memperoleh penawaran produk yang semakin beragam dan terjangkau, sementara gaji pegawai mengalami stagnasi.
Era persaingan global memaksa perusahaan memangkas pengeluaran semaksimal mungkin. Dan pilihan biaya yang akan dipangkas seringkali jatuh pada investasi tenaga kerja. Hal ini membuat gaji dan tunjangan bagi pegawai dengan skill rendah mengalami penurunan.
Tapi bagaimana jika logika di balik pemikiran bahwa pekerja ritel adalah biaya ketimbang aset tidak tepat? Hal inilah yang dikatakan oleh Zeynep Ton, profesor manajemen operasi di MIT’s Sloan School of Management. Hasil riset yang ia lakukan menunjukkan bahwa investasi yang rendah pada sumber daya manusia membuat retailer jauh tidak efisien dalam operasional mereka, dan hal ini membuatnya menjadi kurang menguntungkan.
“Jaringan ritel yang sukses, seperti QuickTrip, Mercadona, Trader Joe, dan Costco tidak hanya berinvestasi cukup besar pada pegawai-pegawai mereka, tapi juga menawarkan harga termurah di indusri mereka, mempunyai performa finansial yang tidak tergoyahkan, serta memberikan layanan pelanggan lebih baik dibanding para pesaingnya,” begitu tulis Zeynep dalam makalah yang dimuat dalam Harvard Business Review.
Tentu tidak semua retailer menanggapi positif hasil riset Zeynep. Beberapa memandang skeptis hal tersebut. Mereka mengatakan bahwa investasi pada pegawai hanya berlaku bagi retailer yang diferensiasinya pada barang atau jasa. Hal tersebut tidak berlaku bagi mereka yang berada pada sektorlow-cost. Tapi Zeynep membuktikan sebaliknya.
Menurutnya, retailer yang memiliki harga jual produk atau jasa yang rendah dapat berinvestasi pada pegawainya karena mereka dapat berhemat pada area tersebut dengan memiliki tenaga kerja yang terlatih dan termotivasi.
“Dalam kunjungan lapangan, saya terus-menerus menemukan bahwa dengan berbagai produk, promosi, dan area penyimpanan, sebuah tugas yang seharusnya sederhana – seperti menyusun pasta gigi di rak – pada praktik tidak sesederhana itu. Cara kerja yang secara mengejutkan sangat kompleks mensyaratkan sesuatu yang hanya dapat dilakukan manusia, yaitu pertimbangan. Bayangkan para pegawai yang mendapatkan upah yang buruk, tidak terlatih, dan tidak termotivasi harus memonitor produk mana yang telah terjual, memutuskan mana yang harus tetap dijual, produk mana yang harus masuk dan keluar dari gudang, serta mengingat barang apa berada dimana,” jelas Zeynep panjang lebar.
Setelah membaca pemaparan Zeynep, Anda tentu tidak lagi berpikir dapat memandang enteng peran para pegawai Anda, bukan? Pegawai adalah aset Anda yang sangat berharga, jadi berinvestasilah secara pantas untuk para pegawai Anda. (www.retailcustomerexperience.com)
Manfaat Training Service Excellent bagi karyawan
Kompetisi dalam dunia bisnis sangat ketat, tingkat persaingan bisnis dari hari kehari bukannya makin melemah, tetapi justru semakin menguat. Perusahaan yang dapat memberikan pelayanan terbaiklah yang akan memenangkan kompetisi itu, oleh karena itu setiap perusahaan dituntut untuk terus meningkatkan kualitas pelayanannya. Ingat ! kompetitor anda tidak tidur ! kompetitor bisnis anda dari hari ke hari terus melakukan perbaikan dan peningkatan kualitas pelayanannya. Bagaimana dengan anda? ya benar sekali, anda harus terus meningkatkan kualitas pelayanan sampai pada level "Service Excellent". Untuk menerapkan service excellent, mau tidak mau anda harus memberikan bekal yang cukup pada karyawan anda tentang apa dan bagaimana service excellent itu. Oleh karena itu jangan ragu untuk memberikan pelatihan atau training service excellent pada seluruh karyawan anda.
Manfaat training service excellent bagi karyawan sangat banyak sekali diantaranya, karyawan akan mengetahui bagaimana cara memberikan pelayanan kepada pelanggan agar pelanggan puas.
Dalam melakukan service excellent faktor kompetensi, pengetahuan tentang pelanggan dan harapan pelanggan sangat memegang perasan penting serta yang tidak kalah pentingnya adalah, anda harus sudah memiliki standar mutu kerja yang tinggi.

STRATEGI PERTUMBUHAN RITEL (RETAIL)

Ada 4 jenis pertumbuhan yang diusahakan oleh ritel (retail) yaitu penembusan pasar, perluasan pasar, pengembangan format ritel dan diversifikasi.
Kesempatan penembusan pasar (market penetration) meliputi usaha-usaha langung terhadap konsumen yang ada dengan menarik konsumen pada target pasar sekarang yang tidak berbelanja di tokonya untuk lebih sering mengunjungi toko tersebut atau untuk membeli lebih banyak barang pada tiap kunjungan. Pendekatan lain adalah dengan penjualan silang yaitu dengan menjual barang-barang tambahan pada konsumen.
Kesempatan perluasan pasar menggunakan format ritel(retail) yang ada dalam segmen pasar baru. Dalam hal ini segmen pasar ditetapkan didipertajam untuk memenuhi selera dari target pasar yang ingin dibidik secara tersendiri.

Pengembangan format ritel (retail) meliputi penawaran format ritel (retail) baru, misalnya dengan menggunakan internet marketing atau e-commerce sehingga konsumen bisa berbelanja tanpa harus ke lokasi.

Pengertian Usaha Eceran/Ritel

Kata Ritel berasal dari bahasa perancis, ‘retailler’ , yang berarti memotong atau memecahkan sesuatu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Eceran berarti secara satu-satu; sedikit-sedikit (tentang penjualan atau pembelian barang); ketengan. Usaha eceran/ritel adalah semua kegiatan yang terlibat dalam penjualan atau pembelian barang, jasa ataupun keduanya secara sedikit-sedikit atau satu-satu langsung kepada konsumen akhir untuk keperluan konsumsi pribadi, keluarga, ataupun rumah tangga dan bukan untuk keperluan bisnis (dijual kembali). Usaha eceran atau ritel tidak hanya terbatas pada penjualan barang, seperti sabun, minuman, ataupun deterjen, tetapi juga layanan jasa seperti jasa potong rambut, ataupun penyewaan mobil.
      Usaha eceran/ritel pun tidak harus selalu di lakukan di toko, tapi juga bisa dilakukan melalui telepon atau internet, disebut juga dengan eceran/ritel non-toko.
Secara garis besar, usaha ritel yang berfokus pada penjualan barang sehari-hari terbagi dua, yaitu usaha ritel tradisional dan usaha ritel modern. Ciri-ciri usaha ritel tradisional adalah sederhana, tempatnya tidak terlalu luas, barang yang dijual tidak terlalu banyak jenisnya, sistem pengelolaan / manajemennya masih sederhana, tidakmenawarkan kenyamanan berbelanja dan masih ada proses tawar-menawar  harga dengan  pedagang, serta produk yang dijual tidak dipajang secara terbuka sehingga pelanggan tidak mengetahui apakah peritel memiliki  barang yang dicari atau tidak.
Sedangkan usaha ritel modern  adalah sebaliknya, menawarkan tempat  yang luas, barang yang dijual banyak jenisnya, sistem manajemen terkelola dengan baik, menawarkan kenyamanan berbelanja, harga jual sudah tetap (fixed price) sehingga tidak ada proses tawar-menawar dan adanya sistem swalayan / pelayanan mandiri, serta pemajangan produk pada rak terbuka sehingga pelanggan bisa  melihat, memilih,
bahkan mencoba produk terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk membeli.

B. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Usaha Ritel

Ada tiga faktor yang dapat mendorong usaha ritel berhasil, antara lain sebagai berikut.
1.      Lokasi Usaha
Faktor utama yang harus diperhatikan dalam memulai atupun mengembangkan usaha ritel adala faktor lokasi. Panduan dalam memilih lokasi usaha ritel yang baik menurut Guswai (2009) adalah sebagai berikut.:
a.       Terlihat (visible)
Lokasi usaha ritel yang baik adalah harus terlihat oleh banyak orang yang lalu lalang di lokasi tersebut.
b.      Lalu lintas yang padat (heavy traffic)
Semakin banyak lokasi usaha ritel dilalui orang, maka semakin banyak orang yang tahu mengenai usaha ritel tersebut.
c.       Arah pulang ke rumah (direction to home)
Pada umumnya, pelanggan berbelanja di suatu toko ritel pada saat pulang ke rumah. Sangat jarang orang berbelanja pada saat akan berangkat kerja.
d.      Fasilitas umum (public facilities)
Lokasi usaha ritel yang baik adalah dekat dengan fasilitas umum seperti terminal angkutan umum, pasar, atau stasiun kereta. Fasilitas umum tersebut bisa menjadi pendorong bagi sumber lalu lalang calon pembeli/pelanggan untuk kemudian berbelanja di toko ritel. Hal ini disebut dengan impulsive buying atau pembelian yang tidak direncanakan.
e.       biaya akuisisi (acquisition cost)
Biaya merupakan hal yang harus dipertimbangkan dalam berbagai jenis usaha. Peritel harus memutuskan apakah akan membeli suatu lahan atau menyewa suatu lokasi tertentu. Peritel hendaknya melakukan studi kelayakan dari sisi keuangan untuk memutuskan suatu lokasi usaha ritel tertentu.
f.        Peraturan/perizinan (regulation)
Dalam menentukan suatu lokasi usaha ritel harus juga mempertimbangkan peraturan yang berlaku. Hendaknya peritel tidak menempatkan usahanya pada lokasi yang memang tidak diperuntukan untuk usaha, seperti taman kota dan bantaran sungai.
g.      Akses (access)
Akses merupakan jalan masuk dan keluar menuju lokasi. Akses yang baik haruslah memudahkan calon pembeli/pelanggan untuk sampai ke suatu usaha ritel. Jenis-jenis hambatan akses bisa berupa perubahan arus lalu lintas atau halangan langsung ke lokasi toko, seperti pembatas jalan.
h.      Infrastruktur (infrastructure)
Infrastruktur yang dapat menunjang keberadaan suatu usaha ritel, antara lain lahan parkir yang memadai, toilet, dan lampu penerangan. Hal tersebut dapat menunjang kenyamanan pelanggan dalam mengunjungi suatu toko ritel.
i.        Potensi pasar yang tersedia (captive market
Pelanggan biasanya akan memilih lokasi belanja yang dekat dengan kediamannya. Menetapkan lokasi usaha ritel yang dekat dengan pelanggan akan meringankan usaha peritel dalam mencari pelanggan.
j.        Legalitas (legality)
Untuk memutuskan apakah membeli atau menyewa sebuah lokasi untuk menempatkan usaha, peritel harus memastikan bahwa lokasi tersebut tidak sedang memiliki masalah hukum (sengketa). Segala perjanjian jual beli maupun sewa-menyewa hendaknya dilakukan di hadapan notaris. Pihak notaris akan memeriksa kelengkapan dokumen sebelum melakukan pengesahan jual beli ataupun sewa-menyewa.

Kesalahan dalam menentukan lokasi usaha ritel dapat memiliki dampak jangka panjang. Peritel harus mempertimbangkan biaya yang sudah dikeluarkan ketika menjalankan usaha ritel seperti pemasangan listrik, jaringan sistem komputer, dan dekorasi bangunan. Memindahkan bisnis ke lokasi yang baru yang dinilai akan lebih menguntungkan juga bukan hal yang mudah karena harus mempertimbangkan barbagai hal, seperti luas ruangan yang dibutuhkan, dekorasi ruangan, perizinan, dan lain sebagainya.

2.      Harga yang tepat
Usaha ritel biasanya menjual produk-produk yang biasa dibeli/dikonsumsi pelanggan sehari-hari. Oleh karena itu, pelanggan bisa mengontrol harga dengan baik. Jika suatu toko menjual produk dengan harga yang tinggi, maka pelanggan akan pindah ke toko lain yang menawarkan harga yang lebih rendah, sehingga toko menjadi sepi pelangaan. Sebaliknya, penetapan harga yang terlalu murah mengakibatkan minimnya keuntungan yang akan diperoleh, sehingga peritel belum tentu mampu menutup biaya-biaya yang timbul dalam menjalankan usahanya.

3.      Suasana toko
Suasana toko yang sesuai bisa mendorong pelanggan untuk datang dan berlama-lama di dalam toko, seperti memasang alunan musik ataupun mengatur tata cahaya toko. Ada dua hal yang perlu di perhatikan untuk menciptakan suasana toko yang menyenangkan, yaitu eksterior toko dan interior toko.
a.       Eksterior  toko, meliputi keseluruhan bangunan fisik yang bisa dilihat dari bentuk bangunan, pintu masuk, tangga, dinding, jendela dan sebagainya. Eksterior toko berperan dalam mengounikasikan informasi tentang apa yang ada didalam gedung, serta dapat membentuk citra terhadap keseluruhan tampilan toko.
b.      Interior toko, meliputi estetika toko, desain ruangan, dan tata letak toko, seperti penempatan barang, kasir, serta perlengkapan lainnya
Jika pelanggan menangkap eksterior toko dengan baik, maka ia akan termotivasi untuk memasuki toko. Ketika pelanggan sudah  memasuki toko, ia akan memperhatikan interior toko dengan cermat. Jika pelanggan memiliki persepsi / anggapan yang baik  tentang suatu toko, maka ia akan senang dan betah berlama-lama didalam toko.
      Selain eksterior dan interior  toko, faktor penting lainnya yang memengaruhi keberhasilan toko adalah pramuniaga. Pramuniaga menentukan puas tidaknya pelanggan setelah berkunjung sehingga terjadi transaksi jual beli ditoko tersebut. Pramuniaga yang berkualitas  sangat menunjang kemajuan toko. Pramuniaga sebaiknya mampu menarik simpati pelanggan dengan segala keramahannya, tegur sapanya, informasi yang diberikan, cara bicara, dan suasana yang bersahabat.


C. Peran dan Fungsi Usaha Ritel

1.     Peran Usaha Ritel
Produsen menjual produknya kepada grosir (wholesaler). Kemudian grosir menjualnya kepada pedagang eceran / ritel ( pengecer / peritel). Pengecer  / peritel adalah orang-orang atau toko yang kegiatan utamanya mengecerkan barang. Mereka menjual barang pada konsumen akhir. Pemasaran ritel ini sangat penting artinya bagi produsen karena melalui usaha  ritel, produsen dapat memperoleh informasi berharga mengenai produknya. Produsen dapat mewawancarai peritel mengenai pendapat konsumen mengenai bentuk, rasa, daya tahan, harga dan segala sesuatu mengenai produknya. Selain itu juga dapat diketahui mengenai kondisi perusahaan pesaing. Produsen dan peritel dapat menjalin kerjasama yang saling menguntungkan. Produsen dapat memasang iklan, mengadakan undian, atau memberi hadiah kepada konsumen melalui toko-toko peritel. Kadang kala ada produsen  yang langsung memberikan bonus kepada peritel.
     Usaha ritel memberikan kebutuhan ekonomis bagi pelanggan melalui lima cara, antara lain :
a. Memberikan suplai / pasokan barang dan jasa pada saat dan ketika dibutuhkan konsumen/pelanggan dengan sedikit atau tanpa penundaan. Usaha ritel biasanya berlokasi didekat rumah pelanggan, sehingga pelanggan bisa dengan segera mendapatkan suatu produk tanpa perlu menunggu lama.
b.      Memudahkan konsumen/pelanggan dalam memilih atau membandingkan bentuk, kualitas, dan barang serta  jasa yang ditawarkan. Pelanggan mungkin hanya ingin lebih dari sekedar mendapatkan barang yang diinginkan pada tempat yang nyaman. Mereka hampir ingin selalu belanja di mana bisa mendapatkan kemudahan memilih, membandingkan kualitas, bentuk, dan harga dari produk yang diinginkan. Dalam menarik dan memuaskan pelanggan, para peritel biasanya akan berusaha menciptakan suasana belanja yang nyaman.
c.       Menjaga harga jual tetap rendah agar mampu bersaing dalam memuaskan pelanggan.
d.   Membantu meningkatkan standar hidup masyarakat. Produk yang dijual dalam usaha ritel, tergantung pada apa yang dibeli dan dikonsumsi oleh masyarakat. Upaya promosi yang dilakukan, tidak hanya memberikan informasi kepada masyarakat mengenai beragam produk barang dan jasa, tetapi juga dapat meningkatkan keinginan pelanggan untuk membeli. Hasil akhirnya adalah peningkatan standar hidup dan penjualan produk.
e.     Adanya usaha ritel juga memungkinkan dilakukannya produksi besar-besaran (produksi massal). Produksi massal tidak akan dapat dilakukan tanpa sistem pengecer yang efektif dalam mendistribusikan produk yang dibuat secara massal bagi pelanggan.
Peran ritel dalam kehidupan perekonomian secara keseluruhan, yaitu sebagai pihak akhir (final link) dalam suatu rantai produksi, yang dimulai dari pengolahan bahan baku, sampai dengan distribusi barang (dan jasa ) ke konsumen akhir.

2.     Fungsi Usaha Ritel
fungsi usaha ritel dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan antara lain :
a.       Melakukan kegiatan usahanya di lokasi yang nyaman dan mudah di akses pelanggan, seperti di sekitar rumah-rumah penduduk,
b.      Memberikan beragam produk sehingga memungkinkan pelanggan bisa memilih produk yang diinginkan,
c.       Membagi produk yang besar sehingga dapat dijual dalam kemasan/ukuran yang kecil,
d.      Mengubah produk menjadi bentuk yang lebih menarik. Adakalanya untuk meningkatkan penjualan, peritel menggunakan promosi beli satu gratis satu. Dalam hal ini, produk dikemas secara menarik sehingga pelanggan tertarik untuk
e.       Menyimpan produk agar tetap tersedia pada harga yang relatif tetap,
f.       Membantu terjadinya perubahan (perpindahan) kepemilikan barang, dari produsen ke konsumen,
g.      Mengakibatkann perpindahan barang melalui sistem distribusi,
h.      Memberikan informasi, tidak hanya ke pelanggan, tapi juga ke pemasok,
i.        Memberikan jaminan produk, layanan purna jual, dan turut menangani keluhan pelanggan,
j.        Memberikan fasilitas kredit dan sewa. Contohnya, jasa penyewaan mobil yang kegiatan usahanya menyewakan mobil, atau toko kmoputer yang menyediakan fasilitas pembelian komputer jinjing (laptop) secara kredit.

D. Kelebihan Dan Kekurangan Usaha Ritel

Usaha ritel memiliki kelebihan dan kekurangannya dalam kegiatannya. Kelebihan dan kekurangan usaha ritel, antara lain sebagai berikut.

1.      Kelebihan Usaha Ritel
Kelebihan usaha ritel, antara lain :
a.       Modal yang diperlukan cukup kecil, namun keuntungan yang diperoleh cukup besar.
b.      Umumnya lokasi usaha ritel strategis. Mereka mendekatkan tempat wisata dengan tepat berkumpul konsumen, seperti didekat pemukiman penduduk, terminal bis, atau kantor-kantor.
c.       Hubungan antara peritel dengan pelanggan cukup dekat, karena adanya komunikasi dua arah antara pelanggan dengan peritel.
2.      Kekurangan Usaha Ritel
Kekurangan usaha ritel, antara lain :
a.       Keahlian dalam mengelola toko ritel berskala kecil kurang diperhatikan oleh peritel. Usaha ritel berskala kecil terkadang dianggap hanyalah sebagai pendapatan tambahan sebagai pengisi waktu luang, sehingga peritel kurang memperhatikan aspek pengelolaan usahanya.
b.      Administrasi (pembukuan) kurang atau bahkan tidak diperhatikan oleh peritel, sehingga terkadang uang atau modalnya habis tidak terlacak
c.       Promosi usaha tidak dapat dilakukan dengan maksimal, sehingga ada usaha ritel yang tidak diketahui oleh calon pembeli atau pelanggan.

E. Analisis Kebijakan Pemerintah

Banyaknya peritel asing dari luar negeri, seperti lotte mart, carrefour, dan  giant bisa membuat para peritel lokal kesulitan untuk bersaing. Untuk melindungi pengusaha lokal / dalam negeri, pemerintah telah memberlakukan beberaapa peraturan ,diantaranya dengan mengeluarkan peraturan presiden no. 112 tahun 2007 , mengenai penataan dan pembinaan pasar tradisional , pusat perbelanjaan , dan toko modern. Dalam peraturan ini , pemerintah menetapkan zona/luas wilayah usaha pasar tradisional (toko, kios, dan toko modern. Batas luas lantai penjualan toko modern adalah sebagai berikut :
a.       Minimarket, kurang dari 400 m2;
b.      Supermarket, 400 m2 s.d 5000 m2;
c.       Hypermarket, di atas 5000 m2;
d.      Department store, di atas 400 m2;
e.       Perkulakan, di atas 5000 m2.

lokasi toko modrn harus mengacu pada rencana tata ruang wilayah kota/kabupaten dan rencana detail tata ruang kabupaten/kota termasuk peraturan zonasinya. Pendirian toko modern juga wajib memperhatikan jarak lokasi usahanya misalnya dengan pasar tradisional yang telah ada sebelumnya. Peraturan yang mengatur mengenai jarak antara toko modern dengan pasar tradisional di atur dalam peraturan daerah. Misalnya untuk wilayah DKI jakarta, hal ini diatur dalam pasal 10 peraturan daerah provinsi DKI jakarta no. 2 tahun 2002, tentang perpasaran swasta. Dalam pasal ini ditentukan mengenai jarak sarana/tempat usaha sebagai berikut :
a.       Usaha perpasaran swasta yang luas lantainya 100 m2 s.d 200 m2 harus berjarak radius 0,5 km dari pasar lingkungan dan terletak di sisi jalan lingkungan/kolektor/arteri;
b.      Usaha perpasaran swasta yang luas lantainya di atas 200 m2 harus berjarak radius 1,0 km dari pasar lingkungan dan letak di sisi jalan kolektor/arteri;
c.       Usha perpasaran swasta yang luas lantainya di atas 1000 m2 s.d 2000 m2 harus berjarak radius 1,5 km dari pasar lingkungan dan letak di sisi jalan kolektor/arteri;
d.      Usaha perpasaran swasta yang luas lantainya di atas 2000 m2 s.d 4000 m2 harus berjarak radius 2 km dari pasar lingkungan dan letak di sisi jalan kolektor/arteri;
e.       Usaha perpasaran swasta yang luas lantainya di atas 4000 m2 harus berjarak 2,5 km dari pasar lingkungan dan harus terletak di sisi jalan kolektor/arteri.
Selain melalui peraturan presiden, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) juga turut mengawasi persaingan yang terjadi antara peritel besar/modern dengan peritel kecil/pasar tradisional.



A.    Klasifikasi Usaha Ritel
Usaha ritel dapat diklasifikasikan berdasarkan skala usaha dan teknik memasarkan produk. Simak uraian berikut.
1.      Berdasarkan skala usaha
Berdasarkan skala usahanya, usaha ritel dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu ritel besar (peritel berskala besar), dan ritel kecil (peritel berskala kecil).
a.       Ritel besar
Perdagangan ritel berskala besar menyediakan satu jenis barang ataupun berbagai barang kepada sejumlah besar pelanggan dalam suatu toko besar. Dalam kegiatan usahanya, peritel berskala besar menyediakan kenyamanan bagi pelanggan, baik berupa interior dan eksterior toko, maupun keramahan pelayanan yang diberikan wiraniaganya. Produk yang biasa ditawarkan oleh peritel berskala besar, antara lain pakaian, alat-alat elektronik, dan  juga produk-produk impor.

Ciri-ciri peritel besar, antara lain:
·         Membeli produk langsung dari produsen dalam jumlah besar, sehingga menghindari penggunaan perantara dalam pembelian produknya,
·         Menyediakan layanan kepada sejumlah besar pelanggan, misalnya dengan memberikan layanan antar barang kerumah pelanggan,
·         Ukuran tokonya  lebih besar daripada ritel berskala kecil,
·         Membutuhkan modal yang besar untuk memulai dan menjalankan usahanya.
            Contoh dari toko ritel berskala besar adalah specialty store, department store, super market, discount house, hyper market, general store, dan chain store.
b.      Ritel kecil
Peritel berskala kecil disebut dengan ritel tradisional. Ragam produk yang ditawarkan biasanya tidak sebanding yang ditawarkan peritel besar. Misalnya untuk produk sabun  mandi, jenis merek yang ditawarkan peritel kecil mungkin tidak terlalu banyak nilai dibandingkan peritel besar. Usaha ritel kecil dapat dibagi menjadi dua, yaitu usaha ritel kecil berpangkal dan tidak berpangkal.

1)      Usaha ritel berpangkal
Usaha ritel berpangkal ini ada yang memiliki lokasi tetap, seperti warung atau kios, dan ada yang memiliki lokasi tidak tetap, seperti pedagang kaki lima.  Lokasi warung atau kios biasanya menjadi satu dengan tempat tinggal pemiliknya, dengan luas yang tidak terlalu besar, sehingga pelanggan tidak bisa memilih secara langsung barang yang akan dibeli. Sedangkan pedagang kaki lima memiliki kegiatan usaha yang tidak terorganisir dengan baik, tidak memiliki surat ijin usaha, byasanya bergerombol di trotoar  jalanan.
2)      Usaha ritel tidak berpangkal
Jenis usaha  ritel ini tidak memiliki suatu lokasi kusus dalam melakukan kegiatan usahanya ( berpindah-pindah). Jenis usaha ritel ini menggunakan alat dalam kegiatan usahanya, seperti roda dorong, sepeda, atau alat pikul. Produk yang ditawarkan biasanya berupa buah-buahan dan sayur-mayur.

2.      Berdasarkan teknik memasarkan produk
Sebagian besar usaha ritel dilakukan melalui toko (in-store retailing), namun perkembangan usaha ritel non-toko atau ritel yang tidak dilakukan di toko (non-store retailing), tumbuh jauh lebih cepat daripada toko ritel. Ritel non-toko berarti penjualan barang atau jasa kepada konsumen/pelanggan melalui saluran selain toko, seperti surat, telepon, atau internet.
a.       In-store retailing
Dalam in-store retailing, transaksi antara pembeli dan penjual dilakukan di suatu tempat tertentu seperti toko atau warung. In-store retailing terbagi kedalam tiga kategori, yaitu :
1)      Specialty merchandisers
Toko ritel jenis ini terdiri atas :
·         Single-line stores, merupakan toko ritel yang menawarkan satu lini produk barang dagangan, dengan cukup banyak pilihan yang disajikan. Contohnya pada toko buku, tersedia 20 jenis buku yang membahas mengenai kewirausahaan.
·         Limited-line stores, merupakan toko ritel yang menawarkan pilihan barang dagangan yang lebih sempit di bandingkan dengan single-line stores. Toko roti merupakan contoh dari limited-line stores pada kategori makanan.
·         Specialty shops, merupakan toko riel yang menjual barang-barang secara khusus dengan mengkonsentrasikan diri pada beberapa jenis barang dagangan tertentu. Misalnya toys “R” Us yang hanya menjual mainan anak-anak. Specialty shops merupakan toko ritel yang lebih fokus dan berhati-hati dalam menentukan segmen pasar dan penyedia barang dagangan dengan target pasar yang sangat khusus.
2)      General merchandiser
Toko ritel jenis ini terdiri atas :
·         General stores, merupakan toko ritel yang menyediakan lini produk yang lebih luas dan memiliki pilihan yang lebih sedikit dibandingkan dengan single-line stores. General stores merupakan toko non-departemen yang menjual beragam barang kebutuhan pokok seperti gula, tepung, dan obat-obatan. Kategori tersebut bisa bertahan di daerah-daerah pedesaan atau kota-kota kecil dengan konsentrasi penduduk yang terbatas dan lebih banyak membutuhkan pelayanan secara umum, daripada pelayanan khusus yang bagi mereka kurang penting.
·         Variety stores, merupakan toko ritel yang menyediakan banyak kategori barang dagangan, namun dengan pilihan yang terbatas. Misalnya pada kategori makanan kaleng, tersedia lengkap mulai dari makanan kaleng daging, buah-buahan, dan sayuran kaleng.
·         Departement stores, merupakan toko yang besar dan terbagi kedalam beberapa bagian departemen dan menawarkan beragam produk. Barang-barang yang biasa dijual di departement store antara lain pakaian dan perlengkapan rumah tangga, atau dengan kata lain produk sandang dan perlengkapannya dengan penataan barang berdasarkan jenis kelamin dan/atau tingkat usia konsumen. Departement store yang modern juga menyediakan jasa layanan tertentu seperti pembungkus kado. Contoh dari jenis ritel ini adalah matahari dan ramayana departement store.
3)      Mass merhandiser
Toko ritel jenis ini terdiri dari :
·         Supermarket (pasar swalayan), merupakan toko ritel yang operasinya cukup besar, berbiaya rendah, memiliki margin/pendapatan rendah, volume penjualan tinggi, terkelompok berdasarkan lini produk, menggunakan sistem swalayan (pelanggan mencari dan memilih sendiri produk yang diinginkan), serta dirancang untuk memenuhi kebutuhan konsumen, seperti daging, hasil produk olahan maupun produk non-makanan seperti mainan, majalah dan sebagainya. Contoh supermarket antara lain hero dan superindo.
·         Superstores, merupakan toko ritel yang menawarkan pilihan produk yang lebih luas yang dibeli secara rutin seperti buku, mainan, barang-barang elektronik, produk perbaikan rumah tangga, hewan peliharaan dan perlengkapannya, dan layanan jasa seperti perbankan dan dry cleaning. Superstores jauh lebih besar daripada pasar swalayan. Bagi pelanggan, superstores menyediakan layanan yang bersifat one-stop shopping (layanan sekali jalan). Sementara bagi peritel, superstores memberikan margin/keuntungan yang lebih tinggi terutama pada produk non-makanan dan memiliki laba yang cukup besar dari otlet makanan cepat saji. Superstores juga merupakan cara yang lebih efektif dalam menghadapi toko ritel konvensional. Contoh superstores ini antara lain giant, carrefour, dan hypermarket.
·         Combination stores, merupakan toko ritel yang mengkombinasikan antara toko makanan dengan toko obat-obatan yang lebih besar daripada superstores dengan ragam barang dagangan dan pelayanan yang lebih.
·         Hypermarket, merupakan toko ritel yang dijalankan dengan mengkombinasikan model discount store, supermarket, dan ware house store di suatu tempat. Barang-barang yang ditawarkan seperti produk grosiran, minuman, perlengkapan mobil, perabotan rumah tangga, dan furniture. Pendekatan dasar dari hypermarket adalah tampilan besar dan penanganan yang minim dari wiraniaga toko serta memberikan diskon kepada pelanggan yang bersedia membawa alat-alat rumah tangga dan mebel yang berat yang dibelinya keluar dari toko.
·         Discount stores (toko diskon), merupakan toko ritel yang memiliki volume penjualan yang besar, sistem swalayan, adanya departementalisasi, serta menjual beragam barang dagangan dengan mark up (penambahan) harga yang rendah untuk memperoleh perputaran barang yang tinggi. Barang yang dijual adalah barang standar dengan harga barang yang lebih murah karena mengambil keuntungan yang rendah dan menjual dengan volume tinggi. Toko diskon yang sebenarnya, secara reguler menjual barangnya dengan harga yang lebih rendah, bukan memberikan potongan diskon berkali-kali ataupun diskon khusus.
·         Warehouse showroom, merupakan discount retailer yang menyediakan sejumlah fasilitas tempat yang disediakan bagi bermacam-macam usaha dengan memfokuskan pada volume penjualan yang tinggi dengan harga yang rendah. Lokasi usaha akan membantu menjaga biaya operasi yang rendah.
·         Catalog showroom, merupakan usaha ritel yang menjual banyak pilihan produk bermerek dengan mark up/penambahan harga yang tinggi dan memiliki perputaran barang dagangan tinggi dengan harga diskon. Toko ini memberikan fasilitas kepada pelanggan dimana pelanggan bisa membandingkan kualitas dan harga produk yang akan dibeli di rumah sebelum pelanggan pergi ke toko untuk berbelanja, sesuai dengan katalog yang di kirimkan kepada mereka. Konsumen juga bisa memilih contoh barang dagangan yang dipajang di showroom (ruang pamer). Pada umumnya para pelanggan sudah memiliki pengetahuan/informasi mengenai produk sebelum melakukan pembelian, maka cukup sedikit tenaga penjual yang di perlukan di showroom.
·         Warehouse clubs, merupakan usaha ritel dengan volume  (wholesale retail), melayani usaha kecil dengan para anggota dari lembaga pemerintah, organisasi nirlaba dan beberapa perusahaan besar dengan perputaran barang dagangan bermerek yang tinggi. Warehouse clubs beroperasi dalam bangunan yang besar, berbiaya rendah, dan hanya memiliki sedikit hiasan/dekorasi ruangan. Biaya operasi warehouse clubs rendah karena mereka membeli dalam jumlah yang besar dan menggunakan sedikit tenaga kerja dalam penyimpanan barangnya. Warehouse clubs tidak melakukan jasa layanan pengiriman barang ke rumah dan juga tidak menerima pembayaran secara kredit. Namun, mereka menawarkan harga yang jauh lebih rendah, biasanya 20% - 40% di bawah harga pasar swalayan dan toko diskon.
Selain kategori diatas, cox (2000) menambahkan bahwa usaha ritel toko juga bisa di klasifikasikan berdasarkan beberapa kategori, antara lain sebagai berikut.
a.       Bentuk hukum. Apakah usaha tersebut bersifat kepemilikan tunggal (sole proprietorship), kemitraan (partnership), ataukah perusahaan terbatas, baik privat ataupun publik.
b.      Stuktur operasional. Terdiri dari satu outlet/toko ritel (independent trader), banyak outlet ritel (multiple/chain store), ataupun consumer co-oprative.
c.       Ukuran outlet. Seperti yang terdapat pada perpres No. 112 Tahun 2007 mengenai penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan toko modern, yaitu minimarket kurang dari 400 m2; supermarket 400 m2 s.d 5000 m2; hypermarket diatas 5000 m2; departement store di atas 400 m2; serta perkulakan di atas 5000 m2.

d.      Lokasi. Salah satunya usaha ritel yang terletak di pusat perbelanjaan (shopping center). Pusat pembelanjaan merupakan sekelompok bisnis ritel yang direncanakan, dikembangkan, dimiliki dan dikelola sebagai satu unit. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kelompok peritel yang terdiri dari bermacam-macam jenis produk barang dan jasa.